Disorientasi

Kadang bingung sedang membaca buku @PitoyoAmrih yang mana, saking konsistennya. Banyak cerita yang ada di buku satu, menyisip di buku lainnya. Seakan empat atau lebih buku itu sebenarnya cuma satu buku yang dijilid bukan berdasarkan urutan, namun berdasarkan tema.

Saat membaca “Antareja dan Antasena”, tiba-tiba serasa baca “Wisanggeni Membakar Api” saat tiba di bagian Antasena menjadi jagung.

Juga saat membaca “Pertempuran Dua Pemanah: Arjuna-Karna” serasa membaca sisipan dari (atau malah babon) dari “Kebaikan Kurawa”.

Apakah itu berarti jelek? Tidak sama sekali. Ini berarti penulis memiliki satu plot besar yang dicurahkan di berbagai buku.

Eh, tentu saja memang ada plot besar bernama pakem di pewayangan,  :).

Hal yang menarik di sini, dengan berpegang pada plot besar, buku-buku Pitoyo Amrih memiliki konsistensi yang tinggi. Baca buku yang manapun tidak akan mengalami kebingungan tentang mana yang benar karena yang diceritakan bersumber dari hal yang sama. Namun ada juga detil-detil kecil yang menarik yang memang tidak ada di pakem atau (plot besar milik Pitaya Amrih sendiri), detil-detil ini membuat cerita menjadi menyenangkan karena tidak menjadi kaku karena pakem.

Banyak buku yang menjadi  kaku karena terlalu ikut pakem, atau buku yang terlalu aneh karena tidak mempedulikan pakem sama sekali (jadinya pembaca malah mengernyit sambil mikir “Arjuna kok gini?”, “Samba kok gitu?” dsb )

Ohya, saya belum baca semua buku Pitoyo Amrih, dalam proses, tetapi sudah pasti jadi pengagum  beliau, 🙂

via Blogger http://ift.tt/2nYAon9